Kadin dan Kemenlu Buka Jalan Diplomasi Ekonomi Lewat Dubes Baru

Jumat 25-04-2025,08:35 WIB
Reporter : Reza
Editor : Reza

JAKARTA, DISWAY.ID - Langkah strategis kembali diambil Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama Kementerian Luar Negeri. Kali ini, dua institusi ini menyatukan visi dalam sebuah acara sosialisasi khusus yang digelar untuk 31 Duta Besar Republik Indonesia yang baru dilantik. Acara tersebut berlangsung di Menara Kadin, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 24 April 2025.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyampaikan bahwa forum ini bukan sekadar pertemuan seremonial. Menurutnya, ini adalah momen penting untuk membekali para Dubes dengan perspektif dunia usaha, khususnya dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang terus berubah cepat.

"Sekarang dalam era perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina yang kita belum tahu berapa lama ini, pasti ada efeknya buat Indonesia dan kita mesti berpikir untuk mencari keseimbangan dan alternatif pasar lain," kata Anindya.

Situasi geopolitik yang tak menentu, termasuk ketegangan dagang dua negara adidaya, mendorong Indonesia untuk memperluas jejaring ekonominya. Salah satu upaya yang kini tengah ditempuh adalah membuka pintu ke blok-blok kerja sama internasional yang lebih luas.

"Nah, itulah alasan Indonesia ingin bergabung dengan BRICS, OECD, dan lain-lain," ujarnya.

Kadin melihat bahwa penempatan para Dubes bukan hanya soal menjaga hubungan diplomatik, tetapi juga sebagai perpanjangan tangan dalam memperkuat hubungan dagang dan menggaet peluang investasi di negara-negara tempat mereka bertugas.

"Pasar alternatif secara kasat mata tentunya akan lebih baru buat teman-teman Indonesia. Tapi kalau negara lain, apalagi kalau negara tetangga di ASEAN juga berkiprah, maka kita mesti melihat apa yang kita bisa lakukan," tegas Anindya.

Acara sosialisasi tersebut juga diwarnai partisipasi pelaku usaha nasional yang telah menembus pasar internasional, seperti Indofood dan Mayora. Perusahaan-perusahaan ini mempresentasikan strategi serta kekuatan produk mereka di kancah global. Ini menjadi contoh nyata bagaimana kekuatan ekonomi Indonesia bisa menjadi alat diplomasi lunak yang efektif.

Tak hanya itu, menurut Anindya, kerja sama semacam ini diharapkan menjadi batu loncatan bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif.

"Jadi kami di Kadin tentu senang bisa berbagi, dan supaya gayung bersambut. Karena untuk mendapatkan investasi pada saat ini butuh kerja keras. Supaya ujungnya bisa membawa 8 persen ekonomi, masyarakat happy, dan lebih sejahtera," ujar Anindya.

Ia juga menambahkan, situasi global yang tidak stabil, terutama kemungkinan kembalinya kebijakan proteksionis ala "Trump 2.0", justru bisa menjadi peluang tersendiri bagi Indonesia jika dikelola dengan cermat.

"Dan juga pada saat ini kita justru melihat bahwa di (perang dagang) Trump 2,0 ini, kalau kita pandai, mungkin sekitar 1,5 tahun ini akan ada transisi, mesti ada adjustment. Tapi ujungnya kita punya kesempatan untuk bisa menyalip dalam tikungan," tutupnya.

Sosialisasi ini menjadi sinyal kuat bahwa diplomasi Indonesia ke depan akan semakin erat terhubung dengan agenda ekonomi, investasi, dan ekspansi pasar global. Sebuah langkah yang patut diikuti dengan kebijakan konkret dan sinergi antar-lembaga.

Kategori :